/> Opini: Guru dan Kecerdasan Emosional

Opini: Guru dan Kecerdasan Emosional




Dr. Iswadi,M.Pd


Seorang guru tidak hanya bertanggung jawab mengajarkan pengetahuan akademik kepada murid, tetapi juga berperan penting dalam pembentukan karakter dan kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan emosional, yang pertama kali diperkenalkan oleh Daniel Goleman pada tahun 1995, merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, mengelola, dan mengatur emosi diri sendiri serta orang lain.

Dalam konteks pendidikan, kecerdasan emosional sangat penting karena membantu siswa mengembangkan empati, keterampilan sosial, serta kemampuan dalam menghadapi stres dan tantangan hidup. Oleh karena itu, peran guru dalam membimbing dan mengembangkan kecerdasan emosional siswa menjadi sangat krusial.

Guru dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih efektif dalam mengelola kelas, membina hubungan yang positif dengan siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Kecerdasan emosional dalam dunia pendidikan bukan hanya tentang bagaimana guru mengelola emosinya sendiri, tetapi juga bagaimana mereka dapat memahami dan merespons emosi siswa dengan bijak dan penuh pengertian.

Salah satu aspek utama kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri. Guru yang memahami perasaannya akan lebih mudah mengatur emosinya dalam situasi penuh tekanan atau frustrasi. Misalnya, ketika menghadapi kelas yang gaduh atau siswa yang sulit diatur, guru dengan kecerdasan emosional tinggi dapat mengendalikan amarah atau frustrasi mereka dan merespons secara konstruktif, bukan reaktif. 

Hal ini membantu menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, kecerdasan emosional juga mencakup kemampuan mengenali dan memahami emosi orang lain. Dalam hal ini, guru harus peka terhadap perasaan siswa, baik yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Misalnya, seorang siswa yang pendiam dan kurang aktif dalam kelas mungkin sedang mengalami kecemasan atau ketidaknyamanan terhadap materi pelajaran.
Guru yang memiliki kecerdasan emosional dapat mendeteksi tanda-tanda ini dan memberikan dukungan yang diperlukan, baik melalui penjelasan tambahan maupun dorongan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Kemampuan mengelola hubungan juga merupakan komponen penting dalam kecerdasan emosional. Guru harus dapat membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung dengan siswa, serta menciptakan ikatan positif. Hal ini bisa dilakukan melalui komunikasi yang terbuka, pengakuan terhadap prestasi siswa, serta pemberian umpan balik yang konstruktif.

Sebagai contoh, ketika seorang siswa gagal dalam ujian, guru yang memiliki kecerdasan emosional tidak hanya memberikan kritik, tetapi juga motivasi agar siswa tersebut tetap berusaha dan tidak menyerah. Sebaliknya, jika seorang siswa berhasil, guru akan memberikan pujian tulus yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semangat belajar mereka.

Guru dengan kecerdasan emosional tinggi juga lebih mampu mengelola stres, baik dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat memengaruhi kinerja serta interaksi dengan siswa. Guru yang mampu mengelola stres akan menjaga keseimbangan emosional dan tetap fokus menjalankan peran mereka, meskipun dihadapkan pada tantangan atau situasi penuh tekanan. Misalnya, di tengah banyaknya tugas dan tanggung jawab, guru dengan kecerdasan emosional tinggi dapat mengatur waktu dan energi dengan baik, serta tetap menjaga hubungan positif dengan siswa dan rekan sejawat.

Penulis: Dr. Iswadi, M.Pd Dosen Universitas Esa Unggul

Post a Comment

Previous Post Next Post