ekonomi
Catatan : Usman Cut Raja
Mengikuti perkembangan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang didirikan pada Februari 1982 memiliki sejarah unik baik kemajuan maupun kepahitan yang dialami.Namun perlu diakui juga kalau PT PIM telah banyak memberikan kenangan manis dan sejumlah keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.khususnya petani.
Namun tak dipungkiri, ada juga kegagalan dan kenangan tidak enak baik untuk PT PIM sendiri maupun masyarakat.
Tidak salah bila coba merenungkan kembali terutama atas keberhasilan yang pernah digapai. Kehadiran pabrik PIM saat itu dapat diumpamakan sebagai peluang kemakmuran untuk masyarakat lingkungan. Selain memberi lapangan kerja utamanya kepada pemuda sekitar juga peluang usaha dan bisnis lainnya begitu menjanjikan..
Mungkin sudah cukup banyak pengusaha lingkungan yang sukses. Begitu juga terhadap pelatihan dan ketrampilan (Lolapil) yang didirikan PT PIM bagi pemuda lingkungannya, sangat banyak yang berhasil dan menjadi tenaga trampil dan mandiri.
Salah seorang mantan Direksi PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Usman Mahmud yang dihubungi belum lama ini mengaku, kalau kepedulian PT PIM terhadap lingkungan memang luar biasa. Semua ini tentu melalui kekompakan dan saling mengisi baik antar menagemen dan karyawan maupun dengan stockholders.(pihak yang berkepentingan).
Menurut Usman Kahmud yang terakhir menjabat sebagai Direktur Umum bisa dilihat bukan karangan, betapa megahnya stadion olah raga dan fasilitas pendukung lainnya yang dibangun. Hingga pada masa itu lahir sebuah club sepak bola yang diberi nama Aceh Putra dan sempat masuk dalam kencah persepak bolaan nasional.
Belum lagi lapangan golf dan kolam renang serta sekolah, mulai TK hingga SMA. Gedung Pertemuan dan Hotel juga masjid yang semuanya dapat digunakan oleh masyarakat. Lebih mengagumkan lagi, perhatian PT PIM terhadap Sumber Daya Alam yang dimiliki bumi Aceh, PIM lah yang pertama coba membuka pintu untuk digali dan dimanfaatkan.
Disebutkan misalnya, program minyak nilam, batu akik, arang tempurung hingga bahan bangunan lainnya. Dalam kaitan dengan stockholders misalnya, penerapan akuntabilitas korporasi dalam aktivitas bisnis oleh PT PIM. Dan lebih mengagumkan lagi dalam kerangka Good Corporate Governance (GCG) PT PIM sangat menghormati kearifan lokal atau budaya setempat seperti acara peusijuk (tepung tawar)
Usman Mahmud lebih lanjut menjelaskan, partisipasi PT PIM terhadap lingkungan memang sangat luar biasa sampai kepada zakat, infaq dan sadakah yang dikelola Badan Dakwah Islamyah Masjid Al Muntaha lebih banyak dibagikan kepada masyarakat lingkungan. Membangun berbagai sarana dan prasarana, juga penyantunan anak yatim, membantu keluarga miskin, pengobatan gratis hingga kepada menggelar pasar murah.
Tercatat pula ketika musibah gempa bumi dan tsunami Aceh bantuan PT PIM terdepan diantara sekian BUMN lainnya yang beroperasi di Aceh
Namun kemudian, PT PIM jadi terpuruk. Terpuruknya PT PIM dapat diumpamakan setelah jatuh tertimpa tangga lagi. Betapa tidak, selain produksi yang terbatas juga jaminan tersedianya bahan baku gas yang oleh banyak kalangan hampir tidak dapat dimengerti. Ladang gas hanya berjarak sekitar 5 km dari pabrik PT PIM namun kebutuhan gas harus terhenti.
Dijelaskan, pengalaman terhentinya pasokan gas untuk PT PIM pertama terjadi tepatnya pada 8 September 2005, PT PIM sudah tak lagi beroperasi akibat Exxon Mobil memutus kontrak pasokan gas. Sebanyak 1.200 karyawan tetap dan 2.500 karyawan lepas ketika itu harus di rumahkan. Disinilah awal malapetakan yang menimpa PT PIM.
Hingga PIM 2 yang dibangun ditengah desingan peluru dan dentuman bom ketika konflik Aceh terjadi dapat terselesaikan dan rencana peresmikan akan dilakukan oleh Presiden Megawaty Soekarno Putri pada Desember 2005 gagal karena pabrik tidak produksi akibat tidak mendapat pasokan gas. PT PIM baru bisa beroperasi kemabil setelah mendapat gas dari pengalihan (swap) gas untuk ke PT Pupuk Kaltim pada awal 2008.
Dengan gas swap ini pula PIM langsung beroperasi, PIM 1 menghasilkan pupuk urea dalam bentuk prill dan PIM 2 dalam bentuk granul. Kondisi ini hanya bisa bertahan hingga tahun 2010. Karena unit ammonia 1 sering bermasalah lalu diambil kebijakan agar PIM tetap beroperasi yaitu dengan cara silang. Amonia dari PIM 2 sementara urea dari PIM 1.
Kaitan dengan konflik Aceh posisi PT PIM menjadi gamang apa harus tutup atau terus beroperasi pasalnya selain kesulitan mendapat pasokan gas kalangan Direksi juga ketika itu tidak menetap di kantor pusat Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara mareka dikantor cabang Jakarta. Memang timbul rasa ketakutan untuk menetap tinggal di kantor pusat.
Menurut Usman Mahmud untuk tinggal di kompleks perumahan sulit dan mencekam dapat dibayangkan Gedung Pertemuan, Hotel dan sejumlah perumahan terbakar begitu juga dengan beberapa karyawan yang hilang tidak tahu rimbanya. ***
Perkembangan PT PIM Antara Kemegahan Dan Kesulitan
Catatan : Usman Cut Raja
Mengikuti perkembangan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang didirikan pada Februari 1982 memiliki sejarah unik baik kemajuan maupun kepahitan yang dialami.Namun perlu diakui juga kalau PT PIM telah banyak memberikan kenangan manis dan sejumlah keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.khususnya petani.
Namun tak dipungkiri, ada juga kegagalan dan kenangan tidak enak baik untuk PT PIM sendiri maupun masyarakat.
Tidak salah bila coba merenungkan kembali terutama atas keberhasilan yang pernah digapai. Kehadiran pabrik PIM saat itu dapat diumpamakan sebagai peluang kemakmuran untuk masyarakat lingkungan. Selain memberi lapangan kerja utamanya kepada pemuda sekitar juga peluang usaha dan bisnis lainnya begitu menjanjikan..
Mungkin sudah cukup banyak pengusaha lingkungan yang sukses. Begitu juga terhadap pelatihan dan ketrampilan (Lolapil) yang didirikan PT PIM bagi pemuda lingkungannya, sangat banyak yang berhasil dan menjadi tenaga trampil dan mandiri.
Salah seorang mantan Direksi PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Usman Mahmud yang dihubungi belum lama ini mengaku, kalau kepedulian PT PIM terhadap lingkungan memang luar biasa. Semua ini tentu melalui kekompakan dan saling mengisi baik antar menagemen dan karyawan maupun dengan stockholders.(pihak yang berkepentingan).
Menurut Usman Kahmud yang terakhir menjabat sebagai Direktur Umum bisa dilihat bukan karangan, betapa megahnya stadion olah raga dan fasilitas pendukung lainnya yang dibangun. Hingga pada masa itu lahir sebuah club sepak bola yang diberi nama Aceh Putra dan sempat masuk dalam kencah persepak bolaan nasional.
Belum lagi lapangan golf dan kolam renang serta sekolah, mulai TK hingga SMA. Gedung Pertemuan dan Hotel juga masjid yang semuanya dapat digunakan oleh masyarakat. Lebih mengagumkan lagi, perhatian PT PIM terhadap Sumber Daya Alam yang dimiliki bumi Aceh, PIM lah yang pertama coba membuka pintu untuk digali dan dimanfaatkan.
Disebutkan misalnya, program minyak nilam, batu akik, arang tempurung hingga bahan bangunan lainnya. Dalam kaitan dengan stockholders misalnya, penerapan akuntabilitas korporasi dalam aktivitas bisnis oleh PT PIM. Dan lebih mengagumkan lagi dalam kerangka Good Corporate Governance (GCG) PT PIM sangat menghormati kearifan lokal atau budaya setempat seperti acara peusijuk (tepung tawar)
Usman Mahmud lebih lanjut menjelaskan, partisipasi PT PIM terhadap lingkungan memang sangat luar biasa sampai kepada zakat, infaq dan sadakah yang dikelola Badan Dakwah Islamyah Masjid Al Muntaha lebih banyak dibagikan kepada masyarakat lingkungan. Membangun berbagai sarana dan prasarana, juga penyantunan anak yatim, membantu keluarga miskin, pengobatan gratis hingga kepada menggelar pasar murah.
Tercatat pula ketika musibah gempa bumi dan tsunami Aceh bantuan PT PIM terdepan diantara sekian BUMN lainnya yang beroperasi di Aceh
Namun kemudian, PT PIM jadi terpuruk. Terpuruknya PT PIM dapat diumpamakan setelah jatuh tertimpa tangga lagi. Betapa tidak, selain produksi yang terbatas juga jaminan tersedianya bahan baku gas yang oleh banyak kalangan hampir tidak dapat dimengerti. Ladang gas hanya berjarak sekitar 5 km dari pabrik PT PIM namun kebutuhan gas harus terhenti.
Dijelaskan, pengalaman terhentinya pasokan gas untuk PT PIM pertama terjadi tepatnya pada 8 September 2005, PT PIM sudah tak lagi beroperasi akibat Exxon Mobil memutus kontrak pasokan gas. Sebanyak 1.200 karyawan tetap dan 2.500 karyawan lepas ketika itu harus di rumahkan. Disinilah awal malapetakan yang menimpa PT PIM.
Hingga PIM 2 yang dibangun ditengah desingan peluru dan dentuman bom ketika konflik Aceh terjadi dapat terselesaikan dan rencana peresmikan akan dilakukan oleh Presiden Megawaty Soekarno Putri pada Desember 2005 gagal karena pabrik tidak produksi akibat tidak mendapat pasokan gas. PT PIM baru bisa beroperasi kemabil setelah mendapat gas dari pengalihan (swap) gas untuk ke PT Pupuk Kaltim pada awal 2008.
Dengan gas swap ini pula PIM langsung beroperasi, PIM 1 menghasilkan pupuk urea dalam bentuk prill dan PIM 2 dalam bentuk granul. Kondisi ini hanya bisa bertahan hingga tahun 2010. Karena unit ammonia 1 sering bermasalah lalu diambil kebijakan agar PIM tetap beroperasi yaitu dengan cara silang. Amonia dari PIM 2 sementara urea dari PIM 1.
Kaitan dengan konflik Aceh posisi PT PIM menjadi gamang apa harus tutup atau terus beroperasi pasalnya selain kesulitan mendapat pasokan gas kalangan Direksi juga ketika itu tidak menetap di kantor pusat Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara mareka dikantor cabang Jakarta. Memang timbul rasa ketakutan untuk menetap tinggal di kantor pusat.
Menurut Usman Mahmud untuk tinggal di kompleks perumahan sulit dan mencekam dapat dibayangkan Gedung Pertemuan, Hotel dan sejumlah perumahan terbakar begitu juga dengan beberapa karyawan yang hilang tidak tahu rimbanya. ***
Via
ekonomi
Post a Comment