kabar daerah
Catatan: Usman Cut Raja
Ada banyak faktor yang mendasari mengapa Aceh bisa ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Sumatra, Salah satu konflik yang berkepanjangan, masih ketergantungan terhadap sumber daya alam, serta kurangnya kualitas terhadap pendidikan dan infrastruktur. Status Aceh yang masih menjadi provinsi termiskin di Sumatra menjadi cerminan ketidakmampuan Pemerintah Daerah Aceh untuk menekan angka kemiskinan.
Terutama dalam memanfaatkan anggaran yang sebenarnya cukup besar. Seperti yang kita ketahui bahwa Aceh salah satu provinsi yang mendapatan Dana Otsus (Dana otonimi khusus) dari Negara sebagai bantuan pasca terjadinya konflik dan bencana tsunami, tercatat Aceh menerima Dana otsus tersebut sampai tahun 2028. Dana Otsus ini di berikan oleh Negara untuk membantu daerah-daerah di Indonesia yang mengalami krisis pasca konflik untuk membantu keberlangsungan daerah tersebut.
Memang ada beberapa faktor mengapa Aceh masih menjadi provinsi termiskin di Sumatra:
Pertama, Krisis pasca konflik. Pasca konflik yang terjadi di Aceh membuat Aceh mengalami banyak ketinggalan baik dalam infrastruktur maupun pada sumber daya manusia. Aceh dilanda konflik dimulai dari tahun 1976-2003, lamanya konflik ini membuat banyak dampak bagi masyarakat Aceh, belum lagi pada tahun 2004 Aceh mengalami bencana yang cukup dahsyat yaitu terjadinya bencana Tsunami yang mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa serta kerusakan infrastruktur yang cukup luas dan berat.
Hingga membuat Aceh mengalami gangguan ekonomi yang cukup lama, namun tidak hanya pada sektor ekonomi, kerusakan secara psikis juga turut dirasakan oleh masyarakat Aceh, seperti trauma pasca konflik dan tsunami.
Banyak dampak yang dirasakan oleh masyarakat Aceh pasca konflik hingga membuat Aceh mengalami krisis sumber daya manusia, kerusakan berat terhadap infrastruktur yang berujung pada kerusakan sistem ekonomi serta tidak adanya keefektivitasan pemanfaatan dana Otsus yang diberikan oleh pemerintah pusat. Untuk itu pemerintah Aceh kedepan harus turut memperhatikan masyarakat Aceh secara Psikis dengan melakukan tindak lanjut secara holistik.
Kedua, Ketergantungan terhadap Sumber Daya Alam. Seperti yang diketahui bahwa Aceh memiliki Sumber Daya Alam yang cukup berlimpah, di mana Aceh di dominasi dengan pertanian padi, hutan, tambang, ikan, biota lainnya serta pariwisata yang cukup berpotensi. Namun hal ini membuat masyarakat Aceh ketergantungan terhadap sumber daya alam saja, pemerintah Aceh belum mampu mengembangkan SDA dengan efektif dan efisien padahal potensi alam yang dimiliki oleh Aceh cukup besar, sehingga mampu membantu perekonomian masyarakat Aceh itu sendiri. Dengan pengelolaan yang tepat serta investasi yang di perlukan, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Ketiga, Rendahnya Kualitas Pendidikan dan Keahlian. Rendahnya kualitas pendidikan membuat Aceh menjadi provinsi termiskin di Sumatra, tidak adanya keahlian dan ketrampilan yang mumpuni penyebab tingginya angka pengangguran di Aceh. Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa Aceh terendah secara nasional di bawah Papua, bahkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2024, Aceh tetap di peringkat terbawah kelulusan siswa di bidang pemahaman bacaan dan menulis.
Dampak dari rendahnya kualitas pendidikan juga mempengaruhi kualitas pekerja skill atau ahli masyarakat Aceh, tercatat sangat sedikit pemuda Aceh memiliki skill yang mumpuni di era sekarang ini, kebanyakan mereka lebih memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil sehingga tidak adanya keberagaman dalam penguasaan skill dalam persaingan dunia pekerjaan.
Beberapa Faktor Aceh Menjadi Miskin
Catatan: Usman Cut Raja
Ada banyak faktor yang mendasari mengapa Aceh bisa ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Sumatra, Salah satu konflik yang berkepanjangan, masih ketergantungan terhadap sumber daya alam, serta kurangnya kualitas terhadap pendidikan dan infrastruktur. Status Aceh yang masih menjadi provinsi termiskin di Sumatra menjadi cerminan ketidakmampuan Pemerintah Daerah Aceh untuk menekan angka kemiskinan.
Terutama dalam memanfaatkan anggaran yang sebenarnya cukup besar. Seperti yang kita ketahui bahwa Aceh salah satu provinsi yang mendapatan Dana Otsus (Dana otonimi khusus) dari Negara sebagai bantuan pasca terjadinya konflik dan bencana tsunami, tercatat Aceh menerima Dana otsus tersebut sampai tahun 2028. Dana Otsus ini di berikan oleh Negara untuk membantu daerah-daerah di Indonesia yang mengalami krisis pasca konflik untuk membantu keberlangsungan daerah tersebut.
Memang ada beberapa faktor mengapa Aceh masih menjadi provinsi termiskin di Sumatra:
Pertama, Krisis pasca konflik. Pasca konflik yang terjadi di Aceh membuat Aceh mengalami banyak ketinggalan baik dalam infrastruktur maupun pada sumber daya manusia. Aceh dilanda konflik dimulai dari tahun 1976-2003, lamanya konflik ini membuat banyak dampak bagi masyarakat Aceh, belum lagi pada tahun 2004 Aceh mengalami bencana yang cukup dahsyat yaitu terjadinya bencana Tsunami yang mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa serta kerusakan infrastruktur yang cukup luas dan berat.
Hingga membuat Aceh mengalami gangguan ekonomi yang cukup lama, namun tidak hanya pada sektor ekonomi, kerusakan secara psikis juga turut dirasakan oleh masyarakat Aceh, seperti trauma pasca konflik dan tsunami.
Banyak dampak yang dirasakan oleh masyarakat Aceh pasca konflik hingga membuat Aceh mengalami krisis sumber daya manusia, kerusakan berat terhadap infrastruktur yang berujung pada kerusakan sistem ekonomi serta tidak adanya keefektivitasan pemanfaatan dana Otsus yang diberikan oleh pemerintah pusat. Untuk itu pemerintah Aceh kedepan harus turut memperhatikan masyarakat Aceh secara Psikis dengan melakukan tindak lanjut secara holistik.
Kedua, Ketergantungan terhadap Sumber Daya Alam. Seperti yang diketahui bahwa Aceh memiliki Sumber Daya Alam yang cukup berlimpah, di mana Aceh di dominasi dengan pertanian padi, hutan, tambang, ikan, biota lainnya serta pariwisata yang cukup berpotensi. Namun hal ini membuat masyarakat Aceh ketergantungan terhadap sumber daya alam saja, pemerintah Aceh belum mampu mengembangkan SDA dengan efektif dan efisien padahal potensi alam yang dimiliki oleh Aceh cukup besar, sehingga mampu membantu perekonomian masyarakat Aceh itu sendiri. Dengan pengelolaan yang tepat serta investasi yang di perlukan, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Ketiga, Rendahnya Kualitas Pendidikan dan Keahlian. Rendahnya kualitas pendidikan membuat Aceh menjadi provinsi termiskin di Sumatra, tidak adanya keahlian dan ketrampilan yang mumpuni penyebab tingginya angka pengangguran di Aceh. Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa Aceh terendah secara nasional di bawah Papua, bahkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2024, Aceh tetap di peringkat terbawah kelulusan siswa di bidang pemahaman bacaan dan menulis.
Dampak dari rendahnya kualitas pendidikan juga mempengaruhi kualitas pekerja skill atau ahli masyarakat Aceh, tercatat sangat sedikit pemuda Aceh memiliki skill yang mumpuni di era sekarang ini, kebanyakan mereka lebih memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil sehingga tidak adanya keberagaman dalam penguasaan skill dalam persaingan dunia pekerjaan.
Pemerintah Aceh kedepan ini harus lebih cepat tanggap akan permasalahan pendidikan di Aceh, karena secara keseluruhan pendidikan adalah pondasi yang sangat kuat dalam membangun masyarakat yang beradab, inklusif, dan inovatif Pemerintah harus memperhatikan kebutuhan dan potensi setiap individu, dan memastikan relevansi.
kesenjangan akses, mengintegrasikan teknologi dengan maksimal, dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Dengan sistem ini Aceh dapat menciptakan sistem pendidikan yang memberdayakan individu untuk mencapai kesuksesan. Keempat, Minimnya Infrastruktur dan Aksesibilitas. Keterbatasan infrastruktur di Aceh juga menjadi faktor utama mengapa Aceh masih saja menduduki predikat sebagai provinsi termiskin di Sumatra.
Hal ini menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi, dan keterbatasannya aksesibilitas menjadi terhambat pada sektor pariwisata dan perdagangan di Aceh. Dalam hal ini solusi yang harus di lakukan adalah pemulihan yang holistik dan berkelanjutan, dengan fokus pada pembangunan dan pemerataan Infrastruktur dan asksesibilitas di setiap daerah, dengan menyusun kembali program – program dan merealisasikan janji-janji politik yang sudah dijanjikan dalam kampanye Pemilu sekarang ini.
Keunggulan dengan dana Otsus harusnya bisa membantu Aceh dalam sektor ekonomi.. Jika melihat dari sudut pandang ini harusnya pemerintah Aceh mendapat banyak peluang untuk bisa memperbaiki ketertinggalan Aceh sebagai provinsi termiskin di Sumatra. Penting untuk diingat bahwa setiap pendekatan untuk mengatasi kemiskinan harus holistik dan berkelanjutan.
kesenjangan akses, mengintegrasikan teknologi dengan maksimal, dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Dengan sistem ini Aceh dapat menciptakan sistem pendidikan yang memberdayakan individu untuk mencapai kesuksesan. Keempat, Minimnya Infrastruktur dan Aksesibilitas. Keterbatasan infrastruktur di Aceh juga menjadi faktor utama mengapa Aceh masih saja menduduki predikat sebagai provinsi termiskin di Sumatra.
Hal ini menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi, dan keterbatasannya aksesibilitas menjadi terhambat pada sektor pariwisata dan perdagangan di Aceh. Dalam hal ini solusi yang harus di lakukan adalah pemulihan yang holistik dan berkelanjutan, dengan fokus pada pembangunan dan pemerataan Infrastruktur dan asksesibilitas di setiap daerah, dengan menyusun kembali program – program dan merealisasikan janji-janji politik yang sudah dijanjikan dalam kampanye Pemilu sekarang ini.
Keunggulan dengan dana Otsus harusnya bisa membantu Aceh dalam sektor ekonomi.. Jika melihat dari sudut pandang ini harusnya pemerintah Aceh mendapat banyak peluang untuk bisa memperbaiki ketertinggalan Aceh sebagai provinsi termiskin di Sumatra. Penting untuk diingat bahwa setiap pendekatan untuk mengatasi kemiskinan harus holistik dan berkelanjutan.
Via
kabar daerah
Post a Comment