kabar daerah
Aceh Timur, newsataloen.com - Pemerintah Kecamatan Peureulak melaksanakan kegiatan penyambutan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah/2024 di komplek makam Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah Tenggara yang terletak di Gampong Bandrong, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
Pemerintah Kecamatan Peureulak Peringati 1 Muharram 1445 Hijriah/2024 di Makam Sultan Kerajaan Islam
Aceh Timur, newsataloen.com - Pemerintah Kecamatan Peureulak melaksanakan kegiatan penyambutan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah/2024 di komplek makam Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah Tenggara yang terletak di Gampong Bandrong, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
Kegiatannya meliputi samadiyah, penyantunan anak yatim, tausiah dan pemaparan biografi Sultan, Minggu (07/072024)
Samadiyah merupakan pembacaan Al-Quran Surat Al-Ikhlas, tahlil, dan doa untuk Sultan dan isterinya. Sedangkan biografi sultan dipaparkan oleh Ketua Forum Peduli Situs Kerajaan Islam Peureulak (FPSKIP) Syarifuddin S. Malem, S.Pd.I., M.Pd. Terakhir, tausiah disampaikan oleh Keua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab.
Camat Peureulak, Nasri SE., MSM mengatakan setiap tahun acara doa bersama menyambut 1 Muharram selalu diadakan di kompleks makam tersebut. “Menyambut tahun baru Islam di lokasi makam lebih bermakna karena sekaligus memperingati hari lahirnya Kerajaan Islam Peureulak Salah satu makam yang terdapat di komplek ini diyakini sebagai makam Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah, yaitu sultan pertama Kerajaan Islam Peureulak yang diproklamirkan pada 1 Muharram 225 H/840 M.,” ungkapnya.
“Kita harapkan pada masa yang akan datang, HAUL Sultan dan HUT kerajaan Islam Peureulak dapat dilaksanakan dalam skala lebih besar semisal seminar internasional bersama pakar-pakar sejarah dalam dan luar negeri,” imbuh Nasri.
Sementara itu, Syarifuddin S. Malem yang didaulat memaparkan biografi Sultan, dalam uraiannya menjelaskan terdapat tiga alasan mengapa perayaan Tahun Baru Islam di komplek makam ini begitu istimewa.
Samadiyah merupakan pembacaan Al-Quran Surat Al-Ikhlas, tahlil, dan doa untuk Sultan dan isterinya. Sedangkan biografi sultan dipaparkan oleh Ketua Forum Peduli Situs Kerajaan Islam Peureulak (FPSKIP) Syarifuddin S. Malem, S.Pd.I., M.Pd. Terakhir, tausiah disampaikan oleh Keua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab.
Camat Peureulak, Nasri SE., MSM mengatakan setiap tahun acara doa bersama menyambut 1 Muharram selalu diadakan di kompleks makam tersebut. “Menyambut tahun baru Islam di lokasi makam lebih bermakna karena sekaligus memperingati hari lahirnya Kerajaan Islam Peureulak Salah satu makam yang terdapat di komplek ini diyakini sebagai makam Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah, yaitu sultan pertama Kerajaan Islam Peureulak yang diproklamirkan pada 1 Muharram 225 H/840 M.,” ungkapnya.
“Kita harapkan pada masa yang akan datang, HAUL Sultan dan HUT kerajaan Islam Peureulak dapat dilaksanakan dalam skala lebih besar semisal seminar internasional bersama pakar-pakar sejarah dalam dan luar negeri,” imbuh Nasri.
Sementara itu, Syarifuddin S. Malem yang didaulat memaparkan biografi Sultan, dalam uraiannya menjelaskan terdapat tiga alasan mengapa perayaan Tahun Baru Islam di komplek makam ini begitu istimewa.
"Pertama, Abdul Aziz Syah adalah sultan kerajaan Islam Peureulak yang pertama dan dilantik pada 1 Muharram 225 H/840 M. Kedua, dalam tubuh Sultan mengalir darah 3 bangsa besar, yaitu Arab, Persia, dan Aceh. Ketiga, almarhum adalah zurriyat Nabi Muhammad Saw melalui garis Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib", papar mantan guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) itu.
Masih menurut Syarifuddin S. Malem, ayah Sultan Abdul Aziz Syah bernama Ali Al-Muktabar yang datang ke untuk mengembangkan ajaran Islam kepada raja dan rakyat Peureulak, kemudian menikah dengan putri bangsawan di sana.
Masih menurut Syarifuddin S. Malem, ayah Sultan Abdul Aziz Syah bernama Ali Al-Muktabar yang datang ke untuk mengembangkan ajaran Islam kepada raja dan rakyat Peureulak, kemudian menikah dengan putri bangsawan di sana.
"Ali Al-Muktabar menikah dengan Putri Mahdun Tansyuri, adik Maharaja Peureulak Syahir Nuwi. Dari pernikahan tersebut lahir seorang putra yang diberi nama Abdul Aziz, dimana setelah dewasa dinobatkan menjadi Sultan dan Kerajaan Peureulak berubah sistem pemerintahan menjadi Kerajaan Islam," imbuhnya.
Syarifuddin S. Malem mengajak audien untuk mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan para pendahulu dalam menegakkan syariat Islam. “Kisah kepemimpinan Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah mengingatkan kita pentingnya hijrah menuju pribadi yang lebih taqwa. Beratnya perjuangan kita pada masa sekarang belum seberapa dibanding perjuangan para pendahulu kita,” pungkasnya.
Turut hadir pada kegiatan itu antara lain Kepala Kantor Kemenag H. Salamina S.Ag MA, Ketua MAA Tgk. Abdul Manaf, Wakil Ketua MPA Muhammad Nur, S.Pd., Ketua MPU Tgk. Muchtar Ibrahim, dan pakar sejarah UNSAM Langsa Dr. Usman.(Thaib)
Syarifuddin S. Malem mengajak audien untuk mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan para pendahulu dalam menegakkan syariat Islam. “Kisah kepemimpinan Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah mengingatkan kita pentingnya hijrah menuju pribadi yang lebih taqwa. Beratnya perjuangan kita pada masa sekarang belum seberapa dibanding perjuangan para pendahulu kita,” pungkasnya.
Turut hadir pada kegiatan itu antara lain Kepala Kantor Kemenag H. Salamina S.Ag MA, Ketua MAA Tgk. Abdul Manaf, Wakil Ketua MPA Muhammad Nur, S.Pd., Ketua MPU Tgk. Muchtar Ibrahim, dan pakar sejarah UNSAM Langsa Dr. Usman.(Thaib)
Via
kabar daerah
Post a Comment