kabar daerah
Banda Aceh, newsataloen.com- Hal tersebut sebagai bentuk pertangungjawaban moral akibat dari Krisis Listrik di Aceh.Dimana, Aceh merupakan Provinsi paling barat Indonesia, telah lama berjuang dengan isu infrastruktur yang kompleks, salah satunya adalah masalah kelistrikan.
"Ketidakstabilan pasokan listrik yang sering hidup mati telah menjadi keluhan utama masyarakat Aceh, menciptakan ketidaknyamanan dan gangguan yang signifikan terhadap aktivitas sehari-hari. Atas kondisi ini kita minta secara tegas General Manager (GM) PLN Wilayah Aceh mengundurkan diri," ujar Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI, Dr. Iswadi, M.Pd, Rabu (5/6/2024)
Menurutnya Kondisi listrik yang sering hidup mati di Aceh menjadi bahan pertimbangan bahwa GM PLN Wilayah Aceh tidak mampu mengatasi masalah ketidakstabilan pasokan listrik yang terus terjadi di daerah tersebut. Masalah ini menyebabkan ketidaknyamanan dan merugikan masyarakat Aceh, yang bergantung pada pasokan listrik yang stabil untuk berbagai aktivitas sehari-hari. Permintaan pengunduran diri ini mencerminkan kekecewaan dan frustrasi dari berbagai pihak terhadap kinerja PLN Wilayah Aceh.
Dr. Iswadi dan masyarakat berharap adanya solusi cepat dan efektif untuk mengatasi masalah ini, agar pasokan listrik di Aceh bisa kembali stabil dan mendukung kegiatan masyarakat secara optimal.
"Perkembangan lebih lanjut mengenai respons dari GM PLN Wilayah Aceh dan tindakan apa yang akan diambil untuk memperbaiki situasi ini sangat dinantikan," kata dia.
Akademisi berdarah Aceh tersebut mengatakan Kondisi Kelistrikan di Aceh sangat memprihatinkan Dalam beberapa bulan terakhir, Aceh telah mengalami pemadaman listrik yang tidak terduga dan sering terjadi.
"Warga melaporkan bahwa pemadaman bisa terjadi beberapa kali dalam sehari, dengan durasi yang bervariasi dari beberapa menit hingga berjam-jam. Masalah ini tidak hanya mengganggu kenyamanan rumah tangga tetapi juga mempengaruhi sektor bisnis, pendidikan, dan layanan publik," jelasnya.
Pemadaman listrik ini tidak hanya terjadi di satu wilayah saja tetapi tersebar di seluruh provinsi, dari Banda Aceh hingga daerah-daerah pedalaman.
"Kondisi ini memperparah kesulitan yang dialami oleh masyarakat, terutama di daerah terpencil yang sudah memiliki akses terbatas ke infrastruktur dasar," ucapnya.Dr. Iswadi, M.Pd. melanjutkan dampaknya pada Kehidupan Masyarakat membawa dampak negatif yang luas.
"Di sektor pendidikan, misalnya, proses belajar-mengajar terganggu. Sekolah dan universitas yang bergantung pada perangkat elektronik dan internet untuk kegiatan pembelajaran mengalami kesulitan besar. Mahasiswa dan siswa tidak dapat mengikuti pelajaran secara efektif, terutama di era digital saat ini di mana banyak kegiatan pendidikan dilakukan secara online," katanya.
Selain itu, di sektor kesehatan, pemadaman listrik menimbulkan ancaman serius.
"Rumah sakit dan klinik yang memerlukan listrik untuk operasi perangkat medis vital harus bergantung pada generator cadangan yang tidak selalu tersedia atau andal. Ini meningkatkan risiko kegagalan dalam pelayanan medis yang bisa berakibat fatal," tambahnya.
Tak hanya itu, sektor bisnis juga terkena dampak besar. Usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki sumber daya untuk generator cadangan harus menanggung kerugian karena operasional terganggu.
"Ini juga berdampak pada produktivitas karyawan yang harus bekerja di lingkungan yang tidak stabil dan tidak nyaman," seruan Dr. Iswadi, M.Pd.Dr. Iswadi, M.Pd yang merupakan tokoh pendidikan dan masyarakat yang dihormati di Aceh, secara vokal menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi ini.
Dalam beberapa kesempatan, ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap manajemen PLN Wilayah Aceh yang dianggapnya gagal mengatasi masalah ini dengan efektif.
Menurut dia, ketidakmampuan manajemen untuk menyediakan pasokan listrik yang stabil menunjukkan kurangnya kompetensi dan tanggung jawab.Respons dari Berbagai Pihak
Dr. Iswadi mengaku mendapatkan berbagai respons dari masyarakat dan pejabat terkait.Beberapa anggota masyarakat menyambut baik desakan ini, menganggapnya sebagai langkah yang diperlukan untuk mendesak perubahan yang signifikan.
"Mereka berharap bahwa dengan adanya pemimpin baru, PLN Wilayah Aceh dapat menemukan solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kelistrikan," tambahnya.
Di sisi lain, pihak manajemen PLN memberikan tanggapan yang berbeda. Mereka mengklaim bahwa upaya untuk memperbaiki kondisi kelistrikan di Aceh sedang dilakukan. Menurut mereka, pemadaman listrik disebabkan oleh beberapa faktor teknis yang kompleks, termasuk kondisi jaringan yang sudah tua dan kurangnya sumber daya.
"Mereka juga menyatakan bahwa investasi besar sedang dilakukan untuk meningkatkan infrastruktur kelistrikan di wilayah tersebut," jelas Dr. Iswadi.
Namun, klaim ini tidak cukup memuaskan masyarakat yang telah lama merasakan dampak negatif dari pemadaman listrik. Mereka merasa bahwa tindakan nyata dan hasil yang konkret lebih penting daripada sekedar janji dan rencana. tambahnya.
Tantangan dan Solusi
Masalah kelistrikan di Aceh mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam pengelolaan infrastruktur di Indonesia. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini antara lain:Infrastruktur yang Kuno dan Tidak Memadai: Jaringan listrik di Aceh sudah tua dan banyak komponen yang perlu diperbarui. Kurangnya investasi dalam pemeliharaan dan perbaikan jaringan menyebabkan sering terjadinya gangguan.Dr. Iswadi, M.Pd. melanjutkan, sumber Daya Terbatas dengan Kekurangan sumber daya, baik dalam hal keuangan maupun teknis, menghambat kemampuan PLN untuk melakukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur.
Manajemen yang Kurang Efektif: Masalah manajerial, termasuk kurangnya transparansi dan akuntabilitas, memperburuk situasi. Pengambilan keputusan yang tidak efektif dan lambatnya respon terhadap masalah juga menjadi kendala.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah dapat diambil:Investasi dalam Infrastruktur: Perlu ada investasi besar-besaran untuk memperbarui dan memperbaiki jaringan listrik di Aceh. Ini termasuk mengganti komponen yang sudah tua dan memperkuat sistem distribusi listrik. Peningkatan Manajemen dan Tata Kelola: Reformasi dalam manajemen PLN diperlukan untuk memastikan bahwa keputusan diambil dengan transparan dan akuntabel. Pengawasan yang ketat dan mekanisme umpan balik dari masyarakat dapat membantu meningkatkan kinerja.
Penggunaan Energi Terbarukan: Mengembangkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin dapat menjadi solusi jangka panjang. Aceh memiliki potensi besar untuk energi terbarukan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan: Melibatkan masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dapat memastikan bahwa solusi yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal
Lebih lanjut kata Dr.Iswadi, Krisis kelistrikan di Aceh adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi holistik dan komprehensif.Desakan Dr. Iswadi, M.Pd. untuk mundurnya General Manager PLN Wilayah Aceh merupakan refleksi dari frustrasi masyarakat terhadap kondisi yang tidak kunjung membaik.Perubahan dalam kepemimpinan mungkin menjadi langkah awal yang diperlukan, tetapi yang lebih penting adalah komitmen untuk investasi dan perbaikan jangka panjang.
Dalam menghadapi tantangan ini, kerjasama antara pemerintah, PLN, dan masyarakat sangat diperlukan. Hanya dengan upaya bersama, masalah kelistrikan di Aceh dapat diatasi, sehingga masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih nyaman dan produktif. Demikian pungkas Dr. Iswadi, M.Pd.(rj)
Ketua Umum SPBI Dr. Iswadi, M.Pd Desak GM PLN Wilayah Aceh Mundur
Dr.Iswadi,M.Pd |
Banda Aceh, newsataloen.com- Hal tersebut sebagai bentuk pertangungjawaban moral akibat dari Krisis Listrik di Aceh.Dimana, Aceh merupakan Provinsi paling barat Indonesia, telah lama berjuang dengan isu infrastruktur yang kompleks, salah satunya adalah masalah kelistrikan.
"Ketidakstabilan pasokan listrik yang sering hidup mati telah menjadi keluhan utama masyarakat Aceh, menciptakan ketidaknyamanan dan gangguan yang signifikan terhadap aktivitas sehari-hari. Atas kondisi ini kita minta secara tegas General Manager (GM) PLN Wilayah Aceh mengundurkan diri," ujar Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI, Dr. Iswadi, M.Pd, Rabu (5/6/2024)
Menurutnya Kondisi listrik yang sering hidup mati di Aceh menjadi bahan pertimbangan bahwa GM PLN Wilayah Aceh tidak mampu mengatasi masalah ketidakstabilan pasokan listrik yang terus terjadi di daerah tersebut. Masalah ini menyebabkan ketidaknyamanan dan merugikan masyarakat Aceh, yang bergantung pada pasokan listrik yang stabil untuk berbagai aktivitas sehari-hari. Permintaan pengunduran diri ini mencerminkan kekecewaan dan frustrasi dari berbagai pihak terhadap kinerja PLN Wilayah Aceh.
Dr. Iswadi dan masyarakat berharap adanya solusi cepat dan efektif untuk mengatasi masalah ini, agar pasokan listrik di Aceh bisa kembali stabil dan mendukung kegiatan masyarakat secara optimal.
"Perkembangan lebih lanjut mengenai respons dari GM PLN Wilayah Aceh dan tindakan apa yang akan diambil untuk memperbaiki situasi ini sangat dinantikan," kata dia.
Akademisi berdarah Aceh tersebut mengatakan Kondisi Kelistrikan di Aceh sangat memprihatinkan Dalam beberapa bulan terakhir, Aceh telah mengalami pemadaman listrik yang tidak terduga dan sering terjadi.
"Warga melaporkan bahwa pemadaman bisa terjadi beberapa kali dalam sehari, dengan durasi yang bervariasi dari beberapa menit hingga berjam-jam. Masalah ini tidak hanya mengganggu kenyamanan rumah tangga tetapi juga mempengaruhi sektor bisnis, pendidikan, dan layanan publik," jelasnya.
Pemadaman listrik ini tidak hanya terjadi di satu wilayah saja tetapi tersebar di seluruh provinsi, dari Banda Aceh hingga daerah-daerah pedalaman.
"Kondisi ini memperparah kesulitan yang dialami oleh masyarakat, terutama di daerah terpencil yang sudah memiliki akses terbatas ke infrastruktur dasar," ucapnya.Dr. Iswadi, M.Pd. melanjutkan dampaknya pada Kehidupan Masyarakat membawa dampak negatif yang luas.
"Di sektor pendidikan, misalnya, proses belajar-mengajar terganggu. Sekolah dan universitas yang bergantung pada perangkat elektronik dan internet untuk kegiatan pembelajaran mengalami kesulitan besar. Mahasiswa dan siswa tidak dapat mengikuti pelajaran secara efektif, terutama di era digital saat ini di mana banyak kegiatan pendidikan dilakukan secara online," katanya.
Selain itu, di sektor kesehatan, pemadaman listrik menimbulkan ancaman serius.
"Rumah sakit dan klinik yang memerlukan listrik untuk operasi perangkat medis vital harus bergantung pada generator cadangan yang tidak selalu tersedia atau andal. Ini meningkatkan risiko kegagalan dalam pelayanan medis yang bisa berakibat fatal," tambahnya.
Tak hanya itu, sektor bisnis juga terkena dampak besar. Usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki sumber daya untuk generator cadangan harus menanggung kerugian karena operasional terganggu.
"Ini juga berdampak pada produktivitas karyawan yang harus bekerja di lingkungan yang tidak stabil dan tidak nyaman," seruan Dr. Iswadi, M.Pd.Dr. Iswadi, M.Pd yang merupakan tokoh pendidikan dan masyarakat yang dihormati di Aceh, secara vokal menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi ini.
Dalam beberapa kesempatan, ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap manajemen PLN Wilayah Aceh yang dianggapnya gagal mengatasi masalah ini dengan efektif.
Menurut dia, ketidakmampuan manajemen untuk menyediakan pasokan listrik yang stabil menunjukkan kurangnya kompetensi dan tanggung jawab.Respons dari Berbagai Pihak
Dr. Iswadi mengaku mendapatkan berbagai respons dari masyarakat dan pejabat terkait.Beberapa anggota masyarakat menyambut baik desakan ini, menganggapnya sebagai langkah yang diperlukan untuk mendesak perubahan yang signifikan.
"Mereka berharap bahwa dengan adanya pemimpin baru, PLN Wilayah Aceh dapat menemukan solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kelistrikan," tambahnya.
Di sisi lain, pihak manajemen PLN memberikan tanggapan yang berbeda. Mereka mengklaim bahwa upaya untuk memperbaiki kondisi kelistrikan di Aceh sedang dilakukan. Menurut mereka, pemadaman listrik disebabkan oleh beberapa faktor teknis yang kompleks, termasuk kondisi jaringan yang sudah tua dan kurangnya sumber daya.
"Mereka juga menyatakan bahwa investasi besar sedang dilakukan untuk meningkatkan infrastruktur kelistrikan di wilayah tersebut," jelas Dr. Iswadi.
Namun, klaim ini tidak cukup memuaskan masyarakat yang telah lama merasakan dampak negatif dari pemadaman listrik. Mereka merasa bahwa tindakan nyata dan hasil yang konkret lebih penting daripada sekedar janji dan rencana. tambahnya.
Tantangan dan Solusi
Masalah kelistrikan di Aceh mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam pengelolaan infrastruktur di Indonesia. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini antara lain:Infrastruktur yang Kuno dan Tidak Memadai: Jaringan listrik di Aceh sudah tua dan banyak komponen yang perlu diperbarui. Kurangnya investasi dalam pemeliharaan dan perbaikan jaringan menyebabkan sering terjadinya gangguan.Dr. Iswadi, M.Pd. melanjutkan, sumber Daya Terbatas dengan Kekurangan sumber daya, baik dalam hal keuangan maupun teknis, menghambat kemampuan PLN untuk melakukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur.
Manajemen yang Kurang Efektif: Masalah manajerial, termasuk kurangnya transparansi dan akuntabilitas, memperburuk situasi. Pengambilan keputusan yang tidak efektif dan lambatnya respon terhadap masalah juga menjadi kendala.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah dapat diambil:Investasi dalam Infrastruktur: Perlu ada investasi besar-besaran untuk memperbarui dan memperbaiki jaringan listrik di Aceh. Ini termasuk mengganti komponen yang sudah tua dan memperkuat sistem distribusi listrik. Peningkatan Manajemen dan Tata Kelola: Reformasi dalam manajemen PLN diperlukan untuk memastikan bahwa keputusan diambil dengan transparan dan akuntabel. Pengawasan yang ketat dan mekanisme umpan balik dari masyarakat dapat membantu meningkatkan kinerja.
Penggunaan Energi Terbarukan: Mengembangkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin dapat menjadi solusi jangka panjang. Aceh memiliki potensi besar untuk energi terbarukan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan: Melibatkan masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dapat memastikan bahwa solusi yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal
Lebih lanjut kata Dr.Iswadi, Krisis kelistrikan di Aceh adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi holistik dan komprehensif.Desakan Dr. Iswadi, M.Pd. untuk mundurnya General Manager PLN Wilayah Aceh merupakan refleksi dari frustrasi masyarakat terhadap kondisi yang tidak kunjung membaik.Perubahan dalam kepemimpinan mungkin menjadi langkah awal yang diperlukan, tetapi yang lebih penting adalah komitmen untuk investasi dan perbaikan jangka panjang.
Dalam menghadapi tantangan ini, kerjasama antara pemerintah, PLN, dan masyarakat sangat diperlukan. Hanya dengan upaya bersama, masalah kelistrikan di Aceh dapat diatasi, sehingga masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih nyaman dan produktif. Demikian pungkas Dr. Iswadi, M.Pd.(rj)
Via
kabar daerah
Post a Comment