Catatan : Usman Cut Raja
Melihat kondisi PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) akhir-akhir ini yang semakin sulit untuk berkembang karena diterpa berbagai masalah seperti, sering tidak mendapat pasokan gas, pabrik rusak, dan sering terjadi pencemaran udara akibat lepas ammonia juga bertumpu penjualan pupuk subsidi. Menyedihkan memang, PIM bukannya tambah berkembang justru tambah sulit..
Orang bijak:mengatakan, kehidupan selalu memiliki dua sisi. Misalnya baik-buruk, pahit-manis, berhasil-gagal. Sama halnya dengan PIM yang pernah mendapat penghargaan atas berbagai keberhasilan yang dicapai. Namun sekarang sedang sulit bahkan kesulitan yang dialami PT PIM sudah berlangsung hampir 15 tahun dan belum kunjung membaik hingga menimbulkan banyak pertanyaan.
Dimana letak kesalahan, padahal pabrik pupuk berlambang gajah putih ini diawal kehadirannya begitu mengagumkan dengan berbagai terobosan yang dilakukan. Berbagai sarana dan prasarana dibangun baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk kepentingan masyarakat. Selain itu tanggung jawab sosialnya juga telah mendapat aprisiasi termasuk dalam hal nihil kecelakaan (zero accident).
PT PIM yang didirikan pada Februari 1982 ini, harus diakui telah banyak memberikan kenangan manis dan sejumlah keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.khususnya petani. Namun, tak dipungkiri, ada juga kegagalan dan kenangan tidak enak baik untuk PT PIM sendiri maupun masyarakat.
Tidak salah bila coba merenungkan kembali terutama atas keberhasilan yang pernah digapai. Dapat diumpamakan, ada gula ada semut, kehadiran pabrik PIM saat itu dapat diumpamakan sebagai gula untuk masyarakat setempat. Selain memberi lapangan kerja utamanya kepada pemuda sekitar juga peluang usaha dan bisnis lainnya begitu menjanjikan..
Mungkin sudah cukup banyak pengusaha lingkungan yang sukses. Begitu juga terhadap pelatihan dan ketrampilan (Lolapil) yang didirikan PT PIM bagi masyarakat lingkungannya, sangat banyak yang berhasil dan menjadi tenaga trampil dan mandiri. PIM berhasil membina lingkungan tentu melalui banyak faktor.
Entah karena kepedulian yang tinggi dan yang pasti, kekompakan dan saling mengisi baik antar menagemen dan karyawan maupun dengan stockholders.(pihak yang berkepentingan) Bisa dilihat, betapa megahnya stadion olah raga dan fasilitas pendukung lainnya yang dibangun. Hingga pada masa itu lahir sebuah club sepak bola yang diberi nama Aceh Putra dan sempat masuk dalam kencah persepak bolaan nasional.
Belum lagi lapangan golf dan kolam renang serta sekolah, mulai TK hingga SMA. Gedung Pertemuan dan Hotel juga masjid yang semuanya dapat digunakan oleh masyarakat. Lebih mengagumkan, perhatian PT PIM terhadap SDA yang dimiliki bumi Aceh, PIM lah yang pertama coba membuka pintu untuk digali dan dimanfaatkan.
Sebut saja, program minyak nilam, batu akik, arang tempurung hingga bahan bangunan lainnya. Dalam kaitan dengan stockholders misalnya, penerapan akuntabilitas korporasi dalam aktivitas bisnis oleh PT PIM. Yang lebih mengagumkan lagi dalam kerangka Good Corporate Governance (GCG) PT PIM sangat menghormati kearifan lokal atau budaya setempat seperti acara peusijuk (tepung tawar)
Partisipasi PT PIM terhadap lingkungan dinilai sangat luar biasa sampai kepada zakat, infaq dan sadakah yang dikelola BDI Masjid Al Muntha lebih banyak dibagikan kepada masyarakat lingkungan. Membangunan berbagai sarana dan prasarana, juga penyantunan anak yatim, membantu keluarga miskin, pengobatan gratis hingga kepada menggelar pasar murah. Tercatat pula ketika gempa bumi dan tsunami Aceh bantuan PT PIM terdepan diantara sekian BUMN yang beroperasi di Aceh
Namun kini PT PIM jadi terpuruk. Terpuruknya PT PIM dapat diumpamakan setelah jatuh tertimpa tangga lagi. Betapa tidak, selain produksi yang terbatas juga jaminan tersedianya bahan baku gas yang oleh banyak kalangan hampir tidak dapat dimengerti. Ladang gas disamping pabrik PT PIM namun kebutuhan gas harus terhenti.
Pengalaman terhentinya pasokan gas untuk PT PIM pertama terjadi tepatnya pada 8 September 2005, PT PIM sudah tak lagi beroperasi akibat Exxon Mobil memutus kontrak pasokan gas. Sebanyak 1.200 karyawan tetap dan 2.500 tenaga tidak tetap ketika itu harus di rumahkan. Disinilah awal malapetakan yang menimpa PT PIM.
Hingga PIM 2 yang dibangun ditengah desingan peluru dan dentuman bom ketika konflik Aceh terjadi dapat selesai tepat waktu dan rencana peresmikan akan dilakukan oleh Presiden Megawaty Soekarno Putri pada Desember 2005 gagal karena pabrik tidak produksi akibat tidak mendapat pasokan gas. PT PIM baru bisa beroperasi kemabil setelah mendapat gas dari pengalihan (swap) gas untuk ke PT Pupuk Kaltim pada awal 2008.
Dengan gas swap ini pula PIM langsung beroperasi, PIM 1 menghasilkan pupuk urea dalam bentuk prill dan PIM 2 dalam bentuk granul. Kondisi ini hanya bisa bertahan hingga tahun 2010. Karena unit ammonia 1 sering bermasalah lalu diambil kebijakan agar PIM tetap beroperasi yaitu dengan cara silang. Amonia dari PIM 2 sementara urea dari PIM 1.
Dari semenjak beroperasi kembali bukan berarti PIM telah aman. Tidak. Berbagai masalah juga sering terjadi hingga pabrik kerap berhenti berproduksi. Kejadian pabrik berhenti berproduksi terjadi berulang ulang dan mungkin sudah tidak terhitung baik dalam bentuk kerusakan pabrik maupun karena pasokan gas tidak lancar.
Inilah sekelumit pengalaman tentang perjalanan hidup PT PIM yang terlihat, tercatat bahkan terlibat langsung baik saat pembebasan lahan, konstruksi hingga beroperasi dan sekarang sudah memasuki usia ke 42 tahun. Sayang dan sangat disayangkan. PT PIM kalau bisa diibaratkan bagai ayam kelaparan dilumbung padi. Entahlah, siapa yang bermain dibalik ini semua.
Kalau yang meminta PT PIM harus diselamatkan. Presiden Joko Widodo telah memerintahkan PT Pupuk Indonesia Holding Company untuk membenahi kinerja PT Pupuk Iskandar Muda.(PT PIM) di Aceh saat meresmikan pabrik kelima PT Pupuk Kaltim di Bontang, 19 November 2015.
“Tolong disana (Pupuk Iskandar Muda) dihitung kembali dan dapat ekspansi”, kata Presiden.
Kenyataannya, sudah bertahun tahun perintah Presiden belum kunjung terealisasi, dimana letak masalah, terpulang kepada masing masing yang pernah mengikuti perkembangan pabrik pupuk yang dibangun di Aceh ini.
Post a Comment