Ketum SPBI : Anak Muda Pilih Pemimpin dengan Gagasan, Bukan Gimmick



Jakarta, newsataloen.com - Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd. mengungkapkan, pemilih muda mempunyai posisi tawar tinggi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 14 Februari 2024. Pasalnya, besarnya populasi pemilih muda, yaitu generasi Z yang lahir antara 1997 dan 2012 atau saat ini berumur 11-26 tahun dan generasi milenial yang lahir 1981-1996 atau saat ini berusia 27-42 tahun.dan Pada Pemilu kali ini.

Jumlah pemilih muda sebanyak 115,6 juta orang dengan rincian generasi milenial sebanyak 68,8 juta pemilih dan generasi Z sebanyak 46,8 pemilih. Menurutnya, suara mereka akan menjadikan  penentu kemenangan pilpres  2024 dan menentukan wajah Indonesia ke depan. Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M.Pd. kepada wartawan, Sabtu 26  Januari 2024.

Menurut Alumni Program Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut Pada Pilpres kali ini, akan ditentukan oleh para generasi milenial  dan generasi Z ,karena  Menurutnya, suara mereka akan menjadikan penentu kemenangan  Pilpres  2024 dan menentukan wajah Indonesia ke depan.

Akademisi berdarah Aceh ini menilai , hal tersebut membuat semua  calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjadikan pemilih muda sebagai target suara. Para pemilih muda disasar melalui berbagai pendekatan, baik yang substantif maupun sekadar gimmick.

 Dia menilai, jika pemilih muda mengedepankan rasionalitas dalam memilih, Indonesia akan menjadi sebuah support system yang baik bagi kemajuan anak muda.  “Pemilih muda sudah cerdas membedakan mana calon yang membawa program substantif dan calon yang sekadar gimmick,” ujarnya menambahkan.

Namun, kata Dr. Iswadi, M.Pd , jika pemilih muda hanya mengandalkan emosi atau menentukan pilihan hanya berdasarkan kesukaan atau ketidaksukaan semata, masa depan Indonesia tidak akan pernah cerah. Dia menyebutkan, saat ini terjadi gelombang besar perubahan psikologis pemilih muda dari emosional atau memilih berdasarkan suka tidak suka menjadi pemilih rasional atau yang mengedepankan rasio dengan membandingkan satu calon dengan calon lainnya.

Dr. Iswadi, M.Pd. menepis anggapan bahwa pemilih muda, terutama generasi Z, lebih suka gimmick dan ahistoris.  Dia menilai, kedekatan generasi Z dengan teknologi informasi dan internet telah mengubah mereka menjadi pemilih cerdas.  Mereka memahami bahwa ada  capres/cawapres, yang memanfaatkan algoritma media sosial untuk menebar gimmick, bukan program konkret. Akademisi yang juga politisi muda tersebut  menegaskan, pemilih muda tidak mau lagi hanya dijadikan objek meraup suara. 

Mereka akan pilih  capres atau cawapres yang punya program substantif soal pendidikan, lapangan pekerjaan, biaya hidup, teknologi dan lingkungan. Sementara calon yang hanya sekadar gimmick akan ditinggalkan,” ujarnya. Iswadi menyebutkan, pemilih muda mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang kredibel di internet untuk. 

Membandingkan program dan rekam jejak  capres/cawapres yang akan mereka pilih pada 14 Februari 2024. “Jangan mengira pemilih muda, terutama generasi Z, sekarang lebih suka memandang kemasan dari pada isi,” kata Pria kelahiran Aceh  dengan program kerja “Yang Muda yang Punya Usaha” itu. 

Dr. Iswadi, M.Pd. mengatakan, sebagian besar para pemilih muda saat ini bahkan sudah memiliki kemampuan membandingkan semua calon. Bahkan, mereka sudah memiliki sikap politik khusus nya  terhadap , capres/cawapres yang mengusung Gagasan Perubahan, bahkan kebijakan pemerintah dan penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil, demikian Dr. Iswadi, M.Pd.(rizal jibro).

Post a Comment

Previous Post Next Post