Sedikit Demi Sedikit Misteri Pembunuhan Imam Masykur Terungkap, Ternyata Semua Tersangka Juga Orang Aceh




Banda Aceh, newsataloen.com - - Sedikit demi sedikit misteri pembunuhan terhadap salah satu pedagang asal Bireuen Provinsi Aceh di Tanggerang kini mulai terungkap. Mirisnya, usutketiga tersangka pelaku pembunuhan juga merupakan orang asli Aceh.

Pomdam Jaya telah menahan tiga anggota TNI yang terlibat dalam penculikan dan pembunuhan Imam Masykur. Mereka adalah Praka RM yang merupakan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Praka HS dari satuan Direktorat Topografi TNI AD, dan Praka J dari satuan Kodam Iskandar Muda.

"Mereka ini (oknum TNI) semua satu angkatan, yang latar belakangnya orang-orang dari Aceh, yang sama-sama sedang di Jakarta," ungkap Komandan Polisi Militer Kodam Jayakarta (Danpomdam Jaya), Kolonel Cpm Irsyad Hamdie Bey Anwar, Selasa (29/8/2023).

Belakangan diketahui bahwa tersangka Praka Riswandi Manik berasal dari Aceh Singkil, kelahiran 10 Juni 1994. Bahkan, Dalam sejumlah video yang beredar, Praka Riswandi menikah di Masjid Raya Baiturrahman pada 17 November 2018.

Tak hanya Praka RM, namun sosok misterius yang diduga sebagai otak di balik perbuatan tragis ini: Praka HS dan Praka J juga disebutkan dari Aceh. Lalu siapa mereka?

Kolonel Irsyad dengan hati-hati mengungkapkan, "Praka HS adalah anggota dari Direktorat Topografi TNI AD, sementara Praka J berasal dari Kodam Iskandar Muda yang sedang bertugas di Jakarta."

Pernyataan ini membuka tabir sedikit demi sedikit tentang sosok-sosok yang terlibat dalam peristiwa mengerikan ini.

Praka HS kini menjadi pusat perhatian setelah kemunculan nama-nama tersebut.

Sebagai langkah awal untuk mengungkap sosok misterius ini, Acheh Network melakukan penyelidikan dalam jejak media sosial Praka HS.

Hasilnya mengungkapkan sedikit informasi tentang biodata pribadi yang tersebar di media sosial dan dibagikan oleh narasumber yang dianggap terpercaya.

Dalam rangkaian informasi yang berhasil ditemukan, sosok Praka HS ternyata memiliki nama lengkap Heri Sandi.

Ia memiliki akun Facebook dengan nama "Nando-the BrutaL'Z".

Alamatnya tercatat di Cot Mee, Tadu Raya, Nagan Raya.
Profesi sebagai anggota Direktorat Topografi TNI AD.

Terkait peran yang dimainkan oleh Praka HS dalam tragedi ini, informasi yang lebih rinci masih dalam tahap penyelidikan.

Namun, profil pribadi yang terungkap memberikan gambaran awal tentang siapa Heri Sandi sebagai individu.


Pelaku Tak Kenal Identitas Korban

Tak berhenti disitu, usut punya usut, selain 3(tiga) orang yang dikhabarkan dari kalangan TNI ternyata juga ada satu orang pelaku yang merupakan dari kalangan sipil. Sedangkan satu tersangka lainnya merupakan warga sipil yang saat ini sudah ditahan di Polda Metro Jaya.

Kendatipun, korban dan tersangka pelaku sama-sama dari Aceh namun ternyata mereka para pelaku tidak mengenal secara detail identitas korban Imam Masykur, namun mengetahui kegiatan komunitas korban ini apa-apa saja.

“Dia (pelaku) tidak saling kenal tapi tau komunitas korban ini berasal dari Aceh dan kegiatannya apa saja. Sehingga mereka melakukan tindakan tersebut,” beber Danpondam Metro Jaya.


Selain itu, dalam kesempatan yang sama Kadispenad Brigjen TNI Hamim Tohari mengatakan terdapat satu tersangka lain yakni seorang warga sipil berinisial MS.

Hamim mengatakan MS merupakan kakak ipar dari Praka RM yang ikut membantu proses penculikan hingga korban tewas.

"Satu sipil ditangani Polda, peran masih dalam proses, bisa konfirmasi ke Polda," kata Hamim di Pomdam Jaya Guntur, Jakarta Selatan, Selasa (29/8/2023)


Motif Pembunuhan Bermula dari Pemerasan

Para pelaku yang diduga mempunyai kesulitan ekonomi mencoba memeras korban dengan meminta uang senilai Rp 50 juta.

Para pelaku yang bekerja sebagai oknum Paspampres dan anggota TNI berpura pura menjadi aparat kepolisian.

Korban Imam Masykur pedagang kosmetik lantas dituduh mengedarkan obat obat terlarang ilegal lalu ditangkap.


"Pelaku berpura-pura sebagai aparat kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap korban karena korban diduga pedagang obat-obat ilegal (seperti) Tramadol dan lain-lain," ujar Irsyad sebagaimana dilansir dari Kompas.

Setelah ditangkap, dibawa dan diperas sejumlah uang.

Motif utama penculikan dan penganiayaan yang dilakukan pelaku adalah pemerasan untuk mendapatkan uang dari korban

"Motifnya pemerasan," beber Irsyad. (**)

Post a Comment

Previous Post Next Post