nasional
Sejarawan: Pemerintah Aceh Diminta Serius Dukung Jateng Usulkan Pocut Meurah Intan
Jakarta, newsataloen.com -Sejarawan nasional Dr Tgk M Adli Abdullah meminta Pemerintah Aceh mendukung serius Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mengusulkan gelar calon pahlawan nasional untuk Pocut Meurah Intan. Jika dibutuhkan dua provinsi ini mengusulkan pahlawan perempuan yang berjuang di Aceh dan diasingkan serta mangkat di Blora Jawa Tengah.
Adli menuturkan sangat terharu terhadap kepedulian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang akan mengusulkan Pocut Meurah Intan Jadi Pahlawan Nasional. Bahkan Ganjar yang pernah ke makam Pocut Meurah Intan di Desa Tegal Sari, Kabupaten Blora, bersama istrinya Siti Atiko telah memperbaiki makam pejuang hebat Aceh ini, Pocut Meurah Intan dikejar kejar oleh Belanda sampai diasingkan ke Blora. Usaha Ganjar ini yang patut dihargai oleh pemda Aceh dan segenap anak bangsa yang peduli terhadap peran dan kepahlawan Pocut Meurah Intan anak Hulubalang Biheu, Kale, Pidie ini.
“Dalam rapat yang digelar oleh Dinas Sosial Jawa Tengah membahas pengusulan Pocut di Semarang pada Rabu, 14 Juni lalu, Pemprov Jawa Tengah menyatakan ketika berhubungan dengan Pemerintah Aceh tidak mendapat respons yang positif. Mestinya Pemerintah Aceh pro aktif mendukung bahan-bahan yang dibutuhkan,” kata Adli, Kamis (22/6/2023).
Adli bisa memahami, tanpa dukungan Aceh, Pemprov Jawa Tengah butuh energi mengusulkan pahlawan perempuan Aceh ke level nasional. Bahan tentang Pocut yang berperang di Aceh lebih gampang ditemukan di Aceh termasuk ahli waris atau memburu naskah-naskah di Perpustakaan Leiden Belanda.
Selayaknya materi-materi yang dibutuhkan sebagai syarat pengajuan calon pahlawan nasional oleh Pemprov Jawa Tengah disuplai dari Aceh. Dibutuhkan sinergitas antara pemda Aceh dan pemda Jawa Tengah dalam mengumpulkan arsip dan bukti yang lebih banyak untuk pengusulan Pocut sebagai pahlawan nasional baik di Aceh maupun di Jawa Tengah.
“Saya mendapat info dalam rapat tersebut, Pemprov Jateng yang menghubungi Pemerintah Aceh untuk dukungan materi tidak mendapat dukungan dari Aceh. Mungkin solusinya perlu dua provinsi mengusulkan secara bersama yakni dari Pemerintah Aceh sebagai tempat lahir dan berjuang Pocut dan Pemprov Jawa Tengah sebagai tempat Pocut menghabiskan masa tua hingga mangkat di Jawa Tengah,” ajak Adli.
Adli mengingatkan pada tahun 1980 Gubernur Daerah Istimewa Aceh Prof. A. Madjid Ibrahim mengirim surat kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Daoed Joesuf terkait keberadaan kuburan Pocut di Blora. kemudian pada 1983 Menteri Luar Negeri Moctar Kusumaatmadja, Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nogroho Notosusanto, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, J.B. Sumarlin, Gubernur Aceh, H. Hadi Thajeb dan Gubernur Jawa Tengah, Muhammad Ismail, membentuk tim penggali data dan sejarah.
“Tim ini bekerja sampai ke perpustakaan nasional Belanda dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Kemudian tim ini merekomendasikan usulan gelar Pahlawan Nasional Pocut kepada Presiden Soeharto. Setelah itu tidak ada kabar lagi,” jelas Adli.
Kisah Pocut Meurah Inta ini ditulis oleh Veltman dalam bukunya “Nota over de Geschiedenis van het Landscap Pidie” (1919), mengatakan Pocut Meurah Intan gigih melawan Belanda di Selat Malaka sekitar Laweung dan Batee, yang kerap menyerang kapal-kapal dari maskapai berbendera Belanda, karena itu dia di cap sebagai Zeerover, yakni perompak laut. Padahal apa yang dilakukan oleh Pocut Meurah Intan dan suaminya Tuanku Abdul Majid sesuai dengan tugasnya sebagai pejabat bea cukai dari Kesultanan Aceh.
Via
nasional
Post a Comment