Ketum SPBI : Koalisi Indonesia Bersatu menjadi atmosfer pertarungan Capres 2024





Dr. Iswadi, M. Pd. 



Jakarta, newsataloen.com–Partai Golkar, PPP dan PAN kompak membentuk Koalisi Indonesia Bersatu. Keputusan ini diambil setelah pimpinan ketiga partai saling bertemu di Rumah Heritage, Menteng, Jakarta Pusat Kamis,12 Mei 2022.bersatunya beringin, matahari, dan ka'bah.Diharapkan akan  menjadikan atmosfer pertarungan Capres 2024 semakin dinamis. Dan  Koalisi Indonesia Bersatu bisa memainkan peran strategis dalam bandul pertarungan Capres ke depan.

 Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI), yang juga merupakan eks  ketua Relawan Jokowi-JK Provinsi Aceh, Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Sabtu, 14  Mei 2022,di Jakarta. 

Pembina Yayasan Al-Mubarrak Fil-Ilmi tersebut mengatakan Tiga Poros Utama Dalam pertarungan Pilpres 2024,Bukan didasarkan pada poros kandidat (figur), tetapi lebih merefleksikan poros atau fragmentasi kekuatan partai-partai politik sebagai satu-satunya pemegang otoritas politik dalam mengusung pasangan Capres-Cawapres.Tiga poros berikut ini juga bersifat fleksibel, cair dan bergerak dinamis, bergantung pada variabel-variabel penting lainnya seperti sumber daya logistik dan infrastruktur partai dalam menghadapi pemilu. 

Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta menambahkan Dengan tingginya angka presidential threshold (20% kursi atau 25% suara sah nasional), setidaknya akan ada tiga poros utama dalam candidacy Pilpres ke depan. Poros pertama PDIP yang memegang supremasi elektoral dua kali pemilu berturut-turut (Pemilu 2014 dan 2019). Sebagai the rulling party yang mengendalikan jalannya kekuasaan, PDIP tentu berkepentingan untuk memenangkan kembali Pilpres 2024. Dengan modal 128 kursi parlemen (DPR RI), PDIP sudah cukup mengusung Capres tanpa koalisi

Di poros kedua, (Koalisi Indonesia Bersatu)  Partai Golkar, PPP dan PAN kompak membentuk Koalisi Indonesia Bersatu.Partai Golkar memimpin koalisi partai-partai papan tengah. Sebagai pemenang pemilu dengan jumlah kursi terbesar kedua setelah PDIP, Golkar  tak akan absen dari pertarungan Calon Presiden karena Sejauh ini, dukungan terhadap Ketua Umum, Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden sangat bergemuruh baik di internal Partai Golkar maupun dikalangan masyarakat. 

Di poros ketiga, akan ada bayang-bayang Gerindra untuk tetap mengusung Ketua Umumnya, Prabowo Subianto sebagai Capres. Dalam konteks ini, Gerindra tetap membutuhkan teman koalisi untuk memenuhi syarat formal pencalonan.

Akademisi yang juga politisi muda ini mengatakan Ekspektasi atas lahirnya tiga poros tersebut tentu didasarkan pada pengalaman buruk Pilpres 2019 yang hanya menghadirkan dua poros utama sehingga menyebabkan terjadinya gejala divided society. Saat itu, segmentasi masyarakat menjadi semakin terpolarisasi ke dalam dua kutub yang berseberangan secara diametral, yakni pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin dan pendukung Prabowo-Sandi. Kondisi ini cukup menguras energi dan menghadirkan ketegangan politik tinggi. meskipun sudah  bergabungnya Gerindra ke dalam pemerintah. Pembelahan antarkubu cebong dan kampret, juga belum  berhenti meski Prabowo dan Sandi kini telah menjadi menteri Presiden Jokowi. 

Alumni Institut Perguruan Darul Aman Malaysia ini menambahkan Yang penting menjadi catatan, calon-calon yang berasal dari partai politik baik dalam kapasitasnya sebagai ketua umum maupun elite partai lebih berpeluang mendapatkan tiket pencalonan mengingat otoritas tunggal partai politik sebagai pemegang kendali pencapresan. Sebab pintu pencalonan tetap menjadi domain dan wewenang partai politik. "Bisa saja, nama-nama yang beredar dengan elektabilitas tinggi, tidak bisa melenggang mulus dalam medan pertarungan karena tidak mendapatkan dukungan partai-partai politik," Demikian Iswadi (rizal jibro). 

Post a Comment

Previous Post Next Post