Jalan Mulus dan Rusak Bagian Dari Kami, Catatan Perjalanan Tim Media ini Sumut Aceh



Tim Media newsataloen.com Bireuen melakukan perjalanan silaturrahmi dalam suasana Lebaran 1443 Hijriah Tahun 2022, dan wisata melalui jalan darat mengunakan kenderaan roda empat di isi tujuh orang termasuk supir, pada Senin Sore (02/05),jalur yang kita tempuh Arah Timur. 

Setelah singgah sejumlah tempat ber- silaturrahmi di wilayah Kabupaten Bireuen, Lhokseumawe dan Lhokseukon Aceh Utara, kami terus meluncur ke Medan Sumatera Utara,sampai di kami silaturrahmi bersama kawan kawan lama dengan penuh ceria, sudah lama kita tak jumpa pada salah satu cafe sambil makan mie Aceh. 

Satu malam di Kota Medan, tim media ini, meneruskan perjalanan ke kota wisata Berastagi Kabupaten Karo,untuk menikmati wisata alam di sana, dalam perjalanan sejauh lebih tujuh puluh kilometer, sepanjang  terjebak macet, kami hanya bisa merangkak 20 km/jam.

Jalan macet dan Mulus jalur Berastagi Kabupaten Karo - Medan ini, sesekali diadakan patroli polisi personil Polres Karo, sampai kami di wilayah pariwisata, di Bukit Kubu Hotel,dikutip biaya masuk komplek itu satu mobil pribadi sebesar Rp 200.000/mobil,pada Rabu Sore (04/05),menikmati segar udara dan sejuk bersama  riuhnya ramai pelancong lokal lain , ujar dari salah satu kreu tim media sambil menikmati makan dan minuman ringan. 



Tiga hari sudah di wilayah wisata, kami akan melanjutkan perjalanan silaturrahmi bersama keluarga dan wisata sambil pulang ke Bireuen Aceh, melalui  Kabanjahe Kabupaten Karo,sebelum itu ingin menikmati tempat "Air Terjun Sipisopiso" Biaya  masuk Rp 7500/orang,Kamis Pagi (05/05),kami beli nasi bungkus setelah ada warung muslim, lauk telor bulat Rp 12.000/bungkus.

Menikmati air terjun Sipisopiso mderek Karo,sampai lima jam di lokasi itu, kita lanjutkan perjalanan melelahkan dan nikmat rahmat Allah SWT, alhamdullah mobil pribadi kami, terus laju sampai di subuh singgah di salah satu Masjid Agung Kabupaten Karo, Masyaallah,tamu Allah (pelancong lokal sesama nasib dengan kami), singgah di Masjid itu, kenderaan roda dua dan empat parkir rapi. 

Setelah kami istirahat tiga puluh menit menunggu azan subuh disuguhi  kopi hitam Sidikalang Rp 5000/gelas, di Kantin dalam masjid.Pelancong lokal lelah sudah tertidur di dalam ruangan dibuat dekat tempat wudhuk, untuk orang orang musafir sangat dimuliakan,beristrihat siang dan malam, sebut sejumlah pengurus masjid. 

Yang menjadi kegembiraan bagi pelancong lokal singgah untuk ibadah shalat lima waktu, dan juga diizinkan pula tidur,jarang pengurus masjid izin tidur, tapi disini bebas, tempat ibadah dan kegiatan lainnya, sesuai sunnah Rasul, tambah Rusmin, musafir dari Kotacane, yang ditemui. 

Ceria diwajah kami tujuh orang kreu tim media ini,lagi jelajah Kabupaten Karo  Sumatera Utara,belum berakhir Kabanjahe sampai batas Aceh Sumut, masuk daerah Kabupaten Aceh Tenggara, ibu Kota Kutacane cukup asri dan aman. 

Singgah sampai di sana, kita tuju ke Masjid Agung At-Taqwa Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara,dan di depan itu ada bazar, cukup ramai dikunjungi pelancong. Empat jam di lokasi bazar dan masjid,kami melanjutkan perjalanan keliling Kota,sambil  menunggu shalat magrib tiba. 

Sesudah itu, langsung menuju ke Kabupaten Gayo Luas, pada malam Jumat (Kamis malam), kami bersama Supir Fahmi A Bakar, lajang tolen ini warga gampong Pulo  Ara Bireuen, dengan hati hati dan penuh perhitungan, minta pada kami semua. 

Terus kita lanjutkan perjalanan ke Kabupaten Gayo Luas dengan ibu kota, Blangkejreun, jalan yang kami tempuh juga belum pernah kita lalui, pada malam itu hanya satu dua mobil pribadi jalur jalan jarak tempuh ratusan kilometer,terdapat jalan mulus dan rusak bahkan longsor. 

Bersemangat ikhlas  dan kita serahkan kepada Allah SWT, di tengah malam. buta sepi pinggiran  kiri jalan hutan dan juram, ditambah kabut tebal, pandangan lampu mobil kami, tidak bisa tembus penglihatan kabut hanya satu dan dua meter, maklum mobil kami belum terpasang lampu tembus kabut. 

Sesekali jalan mulus dan sempit,laju mobil sekitar empat puluh kilo meter perjam, hujan rintik rintik bunyi/suara binatang di hutan sahut sahutan, perjalanan kami teruskan walaupun mobil pribadi dari dua arah Kutacane Blangkejreun dan sebaliknya, satu dua, baru pukul 08,15 Wib sudah sepi. 

Rumah warga tutup karena dingin, bermain bersama keluarga di dalam,jalan  sesekali longsor, rusak, dan mulus, padahal jalan ini milik Provinsi Aceh (di pakai warga masyarakat menuju Medan, Kutacane, Blang Keujren tembus Tekengon Aceh Tengah, Benar Meriah sampai Kabupaten Bireuen), inilah bagian dari kami, ujar sejumlah warga Blangkejreun, yang dihubungi, Jumat  malam (06/05) saat tim media ini singgah pada salah satu warkop di kota itu.

Sesudah shalat subuh di salah satu Masjid lokasi jalan dua jalur Kota Blangkejreun ini, Jumat Pagi perjalanan penuh makna ini dan membosankan sarana transpotasi jalur ini, kebanyakan rusak dan longsor, bila tidak hati hati,sampai kami di kawasan Kabupaten Aceh Tengah Kota Takengon. 

Jarak tempuh lima jam ini, untuk menikmati indahnya "Danau Laot Tawar"jalur arah jalan Bintang, sesak nafas lokasi ini bertabur jalan rusak dan mulus, wisatawan tetap bersabar, sampai di pinggiran danau itu, bertabur pula pelancong lokal pakai kenderaan roda dua dan empat, menikmati wisata bahari. 

Sambil bergerak lamban, rombongan kami,  ingin membeli ikan deupik kering, banyak di jual di pinggiran jalan Bintang, oleh ibu rumah tangga,Kota Takengon, waktu kami masuk sekitar pukul 14,30 Wib ramai dan macet pula karena masih suasana Hari Raya Idul Fitri, sebut Jacob Ali, salah satu  warga setempat. 



Kami tanpa pamrih terus menerobos macet sampai Kecamatan Teritit Kabupaten Benar Meriah, singgah silaturrahmi pemilik Warung Makan,  saudara kami, disuguhi  kopi hitam khas Gayo setelah badan sehat istirahat dan membeli khas sayur mayur dan buahan segar. 

Di lokasi Simpang Balik Benar Meriah,lanjutkan petualangan kami, menerobos malam menuju Kabupaten Bireuen, empat jam perjalanan dari jelajah tersebut, alhamdullah Sabtu Malam(07/05),arus balik sampai di Kantor Newsataloen Bireuen, sekitar pukul 23.30 Wib, terlihat jelas Kota Santri Bireuen, masih banyak orang di cafe cafe, nongkrong dan candaria bersama sahabat dan keluarga sambil menikmati kopi hitam dan khas minuman lain. 

Ini pengalaman petualangan tim media kami, untuk mempererat  silaturrahmi  Sumut Aceh,dari titik nol kilometer Bireuen sampai seribu lima ratus kilometer jarak tempuh,!semoga bermakna (rizal jibro). 

Post a Comment

Previous Post Next Post