nasional
Opini; Wajah Baru Aceh Dalam Perang Rusia Dengan Ukraina.
Banda Aceh, newsataloen.com - Rusia perang Ukraina dengan Rusia mengingatkan kita pada Aceh. Ratusan tahun lalu, Aceh sebagai negara berdaulat memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan dan negara-negara besar lain di dunia.
Menjelang invansi Belanda 1873, perjanjian pertahanan 1819 antara Aceh-Inggris dikhianati oleh Inggris (demi tukar guling jajahan) dengan Traktat Sumatra antara Inggris dan Belanda.
Dimana, Traktat Sumatera menjadi alat untuk memuluskan Belanda menyerang Aceh tanpa tekanan internasional. Karena disisi lain, Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan Amerika, Austria, Prancis, Italia, Inggris dan Turki.
Dengan adanya negara-negara barat itu malah memilih diam saat Aceh diserang oleh Belanda. Bahkan Amerika sendiri yang memiliki hubungan baik dengan Aceh menegaskan “Proclamation of Impartial Neutrality” sikap yang tidak memihak kepada Aceh ataupun Belanda.
Satu-satu nya yang menolak pengkhianatan Inggris hanyalah Lord Stanley of Alderley salah satu anggota House of Lord Inggris yang mengecam pengkhianatan negaranya atas Aceh sebagai sikap diplomatik yang paling hina.
Hari ini, nasib yang sama sedang dialami oleh Ukraina. Janji manis para negara sekutu dan aliansi (NATO) untuk membantu Ukraina atas invansi Rusia hanya sebatas Meulisan yang dicilet bak Rueng Volodymyr Zelensky (Presiden Ukraina).
Mestinya, Ukraina belajar soal pengkhianatan dalam perang itu dari Aceh, dan saya yakin Aceh juga akan mengajari Ukraina untuk menjadi provinsi yang baik ketimbang dikhianati dalam perang antar negara.
Karena bagi kita, perang. yang di alami mereka menjadikan sejarah perang kita di masa yang lalu hanya menyisakan satu kesan: Hanjeut tapateh Arakate nyan. (Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi Dan Penyiaran Islam IAIN Lhokseumawe).
Via
nasional
Post a Comment